Senin, November 3, 2025
BerandaDAERAHKOTAMOBAGUMeydi Meykel Ratu: Potret Keteladanan dalam Persatuan dan Pengabdian

Meydi Meykel Ratu: Potret Keteladanan dalam Persatuan dan Pengabdian

Semangat Sumpah Pemuda di Lapangan Pengabdian — nilai persatuan dan kebangsaan dalam aksi nyata.

Berita-BMR.Com | Kotamobagu – Di tengah hiruk-pikuk zaman yang kerap menuntut generasi muda untuk mengejar pencapaian pribadi, masih ada sosok-sosok yang memilih jalan berbeda, jalan pengabdian. Salah satunya adalah Meydi Meykel Ratu, SE., atau yang akrab disapa Didi.

Pria kelahiran Desa Poopo, Kecamatan Passi Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, pada 23 Maret 1983 ini, telah mengabdikan sebagian besar hidupnya untuk masyarakat, tanpa pamrih dan tanpa banyak sorotan.

Kini di usia 42 tahun, Didi baru saja diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di lingkup Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di Dinas Koperasi dan UKM. Namun, jauh sebelum menyandang status tersebut, Didi telah lama dikenal sebagai sosok pemuda yang aktif, berdedikasi, dan menjadi panutan di tengah masyarakat.

Menyemai Nilai Persatuan Lewat Aksi Nyata

Semangat Sumpah Pemuda yang digaungkan sejak 28 Oktober 1928 bukan sekadar seruan kosong bagi Didi. Ia menjadikannya sebagai prinsip hidup. Persatuan dan kebangsaan bukan hanya slogan, melainkan nilai yang ia wujudkan dalam tindakan nyata. Dalam setiap langkahnya, Didi menunjukkan bahwa menjadi pemuda Indonesia bukan hanya soal usia, tetapi juga tentang keberanian untuk mengambil tanggung jawab dan berbuat untuk sesama.

“Ketika kita diberi tugas yang berhubungan langsung dengan masyarakat, sering kali kita harus mengambil keputusan yang berat. Tapi kalau itu demi kebaikan bersama, saya siap menjalaninya,” ujar Didi dengan nada mantap.

Ia mengakui bahwa keputusan-keputusan yang ia ambil tak jarang merugikan dirinya sendiri—baik secara waktu, tenaga, materi, bahkan kesehatan. Namun, bagi Didi, pengabdian adalah panggilan.

“Kalau saya sudah menerima tugas, berarti saya siap memikul tanggung jawab dan segala risikonya,” tambahnya.

Pengabdian Tanpa Batas di Desa Poopo

Salah satu bukti nyata dari dedikasi Didi adalah keterlibatannya dalam program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas) di Desa Poopo pada tahun 2021. Saat itu, ia dipercaya oleh kepala desa untuk menjadi salah satu pengurus proyek. Tugas ini bukan perkara mudah. Selain harus mengurus berbagai dokumen administratif di Kotamobagu, Lolak, hingga Manado, Didi juga harus merogoh kocek pribadi karena belum adanya dana awal yang dialokasikan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB).

“Dalam prosesnya, saya bahkan sempat mengalami kecelakaan di lokasi proyek dan harus dirawat secara medis,” kenangnya. Tak hanya itu, ia juga sempat dilaporkan ke lembaga desa terkait pelaksanaan proyek, meskipun seluruh prosedur telah dijalankan sesuai aturan dan telah disosialisasikan kepada masyarakat.

Namun, semua tantangan itu tak menyurutkan semangatnya. “Saya tetap lanjutkan karena ini amanah. Kalau saya mundur, siapa lagi yang akan melanjutkan?” ujarnya tegas.

Kiprah Rohani dan Kepemudaan

Tak hanya di bidang pembangunan desa, Didi juga aktif dalam kegiatan kepemudaan, khususnya di lingkungan gereja. Ia menjadi motor penggerak dalam berbagai kegiatan rohani, seperti pentas seni dan olahraga pemuda GMIBM ‘Katare’ Poopo yang rutin digelar setiap tahun. Ia tak hanya menjadi peserta, tetapi juga turut menginisiasi penggalangan dana dan perencanaan kegiatan bersama rekan-rekan pemuda gereja.

“Dari awal kami bersama-sama mencari dana, lalu menyusun kegiatan hingga pelaksanaannya. Ini bukan hanya soal acara, tapi tentang kebersamaan dan membangun semangat kolektif,” jelasnya.

Meski kerap disindir karena belum menikah, Didi menanggapinya dengan santai. “Banyak yang bilang masa muda saya habis untuk kegiatan sosial. Tapi saya percaya, selama kita bisa bermanfaat untuk orang lain, itu jauh lebih berarti,” katanya sambil tertawa.

Relawan Kemanusiaan: Menjadi Harapan di Tengah Derita

Sisi lain dari pengabdian Didi yang tak kalah mengharukan adalah kiprahnya di bidang sosial, khususnya sebagai relawan kemanusiaan. Ia kerap membantu masyarakat yang sakit untuk mendapatkan akses pengobatan, bahkan hingga mengurus penggalangan dana untuk biaya rumah sakit.

Salah satu kisah yang paling membekas adalah saat ia membantu seorang warga yang harus diamputasi kakinya akibat penyakit yang diderita. Didi tak tinggal diam. Ia menghubungi berbagai pihak—masyarakat, organisasi, hingga pemerintah—untuk mengumpulkan donasi. Perjuangan itu memakan waktu bertahun-tahun. Dari proses perawatan di rumah sakit pada tahun 2017, hingga akhirnya pada tahun 2022, warga tersebut berhasil mendapatkan kaki palsu dari Kementerian Sosial RI tanpa harus mengeluarkan biaya pribadi.

“Semua biaya dari hasil donasi. Saya hanya menjadi jembatan. Tapi melihat orang itu bisa berjalan kembali, itu kebahagiaan yang tak bisa dibayar dengan apa pun,” ungkap Didi dengan mata berkaca-kaca.

Prinsip Hidup: Berdoa, Berjuang, dan Bermanfaat

Dalam setiap langkahnya, Didi selalu memulai dengan doa. Ia percaya bahwa kekuatan spiritual adalah fondasi utama dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Ia juga selalu meminta restu dari kedua orang tuanya sebelum memulai pekerjaan besar.

“Doa orang tua itu penting. Saya percaya, restu mereka adalah jalan bagi kelancaran tugas saya,” katanya.

Prinsip hidup Didi sederhana namun kuat: selama bisa bermanfaat untuk orang banyak, ia akan terus bekerja. Ia tak pernah menghitung untung-rugi secara pribadi. Baginya, pengabdian adalah bentuk cinta kepada bangsa dan negara.

Apresiasi dari Pemerintah Desa

Kepala Desa Poopo, Helmy Moudy Ratu, memberikan apresiasi tinggi terhadap dedikasi Didi. Menurutnya, Didi adalah contoh nyata pemuda yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsaan dan persatuan.

“Didi adalah aset desa. Ia selalu hadir ketika dibutuhkan, tak pernah mengeluh, dan selalu mengedepankan kepentingan masyarakat,” ujar Helmy.

Ia juga menambahkan bahwa semangat Didi dalam membantu sesama, baik di bidang pembangunan, keagamaan, maupun sosial, adalah cerminan dari semangat Sumpah Pemuda yang sesungguhnya.

Menjadi Inspirasi bagi Generasi Muda

Kisah Didi Ratu adalah pengingat bahwa semangat Sumpah Pemuda bukan hanya milik masa lalu. Ia hidup dan menyala dalam tindakan nyata para pemuda yang memilih jalan pengabdian. Di tengah tantangan zaman, Didi menunjukkan bahwa menjadi pemuda Indonesia berarti siap berdiri di garis depan, bukan untuk kepentingan pribadi, tetapi demi masyarakat, bangsa, dan negara.

Dalam dunia yang semakin individualistik, kisah Didi adalah oase yang menyegarkan. Ia mengajarkan bahwa menjadi pemuda bukan hanya soal usia, tetapi tentang keberanian untuk mengambil tanggung jawab, ketulusan dalam membantu sesama, dan keteguhan dalam memegang prinsip.

Semangat Sumpah Pemuda yang menggaungkan satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, bukan hanya tentang identitas, tetapi juga tentang komitmen untuk bersatu, bekerja sama, dan saling menguatkan. Dan Didi Ratu telah membuktikan bahwa semangat itu bisa diwujudkan dalam bentuk paling sederhana: menjadi berguna bagi sesama.

Penutup: Dari Desa untuk Indonesia

Dari pelosok Desa Poopo, Didi Ratu telah menorehkan jejak pengabdian yang tak ternilai. Ia mungkin bukan tokoh nasional, bukan pula selebritas yang dikenal luas. Namun, dalam diam dan kerja kerasnya, ia telah menjadi pahlawan bagi banyak orang.

Di tengah peringatan Hari Sumpah Pemuda, kisah Didi menjadi refleksi bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak pemuda seperti dirinya—yang tak hanya bicara soal perubahan, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan itu sendiri.

Dengan semangat yang tak pernah padam, Didi terus melangkah. Dan selama masih ada pemuda seperti dirinya, harapan untuk Indonesia yang lebih baik akan selalu menyala.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular